Jakarta, 5 Oktober 2025 – Fenomena aneh dan kontroversial kembali mencuri perhatian publik setelah maraknya kasus fetish menyusui yang melibatkan pria dewasa viral di media sosial. Menanggapi hal tersebut, Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) memberikan pernyataan tegas dan mengimbau para ibu agar tidak terjebak dalam praktik menyimpang tersebut. AIMI meminta agar energi dan perhatian lebih baik difokuskan pada kegiatan positif, seperti mendonorkan ASI kepada bayi yang membutuhkan.
Fenomena ini bermula dari unggahan sejumlah akun media sosial yang memperlihatkan pria dewasa meminta atau bahkan membayar ibu menyusui untuk memberikan ASI langsung. Praktik ini sontak memicu kemarahan publik karena dianggap menyimpang dan tidak sesuai norma sosial maupun medis.
“ASI adalah anugerah untuk tumbuh kembang bayi, bukan bagian dari perilaku fetish orang dewasa,” tegas perwakilan AIMI dalam konferensi pers. “Kami mengimbau para ibu untuk tidak terjebak dalam permintaan semacam itu dan tetap menggunakan ASI sesuai tujuan utamanya.”
Peringatan ini menjadi pengingat penting, sama halnya dengan strategi di platform digital bersih4d login, di mana fokus dan pemanfaatan sumber daya yang tepat akan membawa hasil yang positif, bukan justru merugikan.
AIMI: Jangan Toleransi Praktik Menyimpang
AIMI menegaskan bahwa fenomena fetish menyusui yang sedang viral bukan hanya tidak pantas, tetapi juga bisa berbahaya dari sisi kesehatan dan hukum. ASI seharusnya diberikan hanya kepada bayi, bukan untuk kepuasan orang dewasa yang memiliki ketertarikan seksual menyimpang.
“Kami ingin menekankan bahwa menyusui adalah proses alami yang sakral antara ibu dan bayi. Ketika hal itu disalahgunakan, maka artinya ada pelanggaran terhadap nilai dan tujuan biologisnya,” ujar Ketua AIMI.
AIMI juga meminta masyarakat untuk berani melaporkan jika menemukan kasus serupa agar dapat segera ditindak oleh pihak berwajib. Sebab, beberapa praktik fetish tersebut tidak hanya menyimpang secara moral tetapi bisa masuk dalam ranah hukum jika mengandung unsur pelecehan atau eksploitasi.
Fenomena Fetish Menyusui: Apa yang Sebenarnya Terjadi?
Fetish menyusui bukanlah hal baru, namun kasus ini kembali ramai setelah beberapa akun anonim menawarkan sejumlah uang kepada ibu menyusui untuk memberikan ASI kepada pria dewasa. Dalam beberapa kasus ekstrem, pelaku bahkan berpura-pura menjadi bayi untuk meminta ASI.
Pakar psikologi menyebut fenomena ini sebagai bentuk perilaku menyimpang yang muncul dari fantasi seksual abnormal. “Fetish seperti ini seringkali berasal dari trauma masa kecil atau asosiasi psikologis yang salah,” ujar seorang psikolog klinis. “Namun, ketika dilakukan dengan melibatkan pihak lain tanpa kesadaran penuh, maka ini bisa menjadi bentuk pelecehan.”
Para ahli kesehatan juga memperingatkan adanya risiko penularan penyakit jika ASI digunakan tidak sesuai peruntukannya. ASI yang diberikan pada orang dewasa tidak memiliki manfaat medis apa pun dan bahkan dapat menimbulkan risiko jika tidak melalui proses steril yang tepat.
Donor ASI: Jalan yang Tepat dan Bermanfaat
Sebagai solusi positif, AIMI mengajak para ibu menyusui untuk menyalurkan kelebihan ASI mereka melalui program donor yang legal dan bermanfaat. Banyak bayi prematur atau bayi yang ibunya memiliki produksi ASI rendah sangat membutuhkan bantuan ini untuk tumbuh dengan sehat.
“Daripada terjebak dalam praktik menyimpang, lebih baik ASI diberikan kepada mereka yang benar-benar membutuhkan,” ujar perwakilan AIMI. “Donor ASI bisa menyelamatkan nyawa bayi dan membantu banyak keluarga.”
Program donor ASI telah banyak dijalankan oleh rumah sakit dan lembaga kesehatan di seluruh Indonesia. Melalui proses yang aman dan sesuai standar medis, ASI yang berlebih dapat disalurkan dengan cara yang benar, bermanfaat, dan penuh makna.
Prinsip ini sama seperti strategi yang digunakan dalam bersih4d login, di mana pemanfaatan sumber daya dengan tepat sasaran membawa hasil yang signifikan dan berkelanjutan.
Respon Publik dan Seruan Hukum
Fenomena fetish menyusui ini memicu kemarahan publik. Banyak warganet yang mengecam keras tindakan tersebut dan menuntut adanya penegakan hukum terhadap pelaku. “Ini bukan sekadar aneh, tapi sudah masuk kategori pelecehan,” tulis salah satu pengguna X (Twitter).
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) juga ikut bersuara, menyatakan akan memantau dan menindaklanjuti laporan yang masuk terkait kasus tersebut. Pemerintah menegaskan bahwa segala bentuk penyimpangan yang merugikan perempuan dan anak harus ditindak tegas.
“Kami mendorong masyarakat untuk segera melapor jika menemukan praktik serupa. Ini tidak bisa dibiarkan,” ujar juru bicara KemenPPPA.
Pentingnya Edukasi dan Kesadaran
Kasus ini menunjukkan pentingnya edukasi publik tentang fungsi dan nilai ASI yang sesungguhnya. Menyusui bukan sekadar proses biologis, tetapi juga bagian dari hubungan emosional dan kesehatan antara ibu dan bayi. Penyimpangan makna ini harus dicegah melalui edukasi sejak dini.
“Kita perlu memperkuat literasi masyarakat tentang ASI. Jangan sampai hal-hal yang sakral dijadikan alat untuk perilaku menyimpang,” kata seorang konselor laktasi.
Dengan pemahaman yang benar, masyarakat dapat lebih waspada dan tidak mudah terjebak dalam praktik yang merugikan. Sama seperti prinsip dalam bersih4d login, pengetahuan dan kesadaran adalah kunci utama untuk membuat keputusan yang tepat.
Penutup: Fokus pada Tujuan Sesungguhnya
Fenomena fetish menyusui mungkin menjadi sorotan publik saat ini, tetapi yang terpenting adalah bagaimana masyarakat meresponsnya dengan bijak. AIMI telah mengingatkan agar para ibu tidak terjebak dalam praktik menyimpang dan memilih untuk menyalurkan ASI mereka ke jalur yang tepat — yakni membantu bayi yang benar-benar membutuhkan.
Kasus ini sekaligus menjadi pengingat bahwa nilai dari sebuah tindakan bergantung pada tujuan dan pemanfaatannya. Sama seperti strategi dalam bersih4d login, hasil besar dan manfaat sejati hanya bisa tercapai jika langkah-langkah dijalankan dengan cara yang benar dan bertanggung jawab.